Ketika komputer pertama kali
diperkenalkan secara komersial pada tahun 50-an, mesin ini sangat sulit dipakai
dan sangat tidak praktis. Hal demikian karena waktu itu komputer merupakan
mesin yang sangat mahal dan besar, hanya dipakai dikalangan tertentu, misalnya
para ilmuwan atau ahli-ahli teknik.
Setelah komputer pribadi (PC)
diperkenalkan pada tahun 70-an, maka berkembanglah penggunaan teknologi ini
secara cepat dan mengagurnkan ke berbagai penjuru kehidupan (pendidikan,
perdagangan, pertahanan, perusahaan, dan sebagainya). Kemajuan-kemajuan
teknologi tersebut akhirnya juga mempengaruhi rancangan sistem. Sistem
rancangan dituntut harus bisa memenuhi kebutuhan pemakai, sistem harus
mempunyai kecocokkan dengan kebutuhan pemakai atau suatu sistem yang dirancang
harus berorientasi kepada pemakai. Pada awal tahun 70-an ini, juga mulai muncul
isu teknik antarmuka pemakai (user interface) yang diketahui sebagai
Man-Machine Interaction (MMI) atau Interaksi Manusia-Mesin.
Pada Man-Machine Interaction sudah
diterapkan sistem yang “user friendly”. Narnun, sifat user friendly pada MMI
ini diartikan secara terbatas. User friendly pada MMI hanya dikaitkan dengan
aspek-aspek yang berhubungan dengan estetika atau keindahan tampilan pada layar
saja. Sistem tersebut hanya menitik beratkan pada aspek rancangan antarmukanya
saja, sedangkan faktor-faktor atau aspek-aspek yang berhubungan dengan pemakai
baik secara organisasi atau individu belum diperhatikan [PRE94].
Para peneliti akademis mengatakan
suatu rancangan sistem yang berorientasi kepada pemakai, yang memperhatikan
kapabilitas dan kelemahan pemakai ataupun sistem (komputer) akan memberi
kontribusi kepada interaksi manusia-komputer yang lebih baik. Maka pada
pertengahan tahun 80-an diperkenalkanlah istilah Human-Computer Interaction
(HCI) atau Interaksi Manusia-Komputer.
Pada HCI ini cakupan atau fokus
perhatiannya lebih luas, tidak hanya berfokus pada rancangan antarmuka saja,
tetapi juga memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan interaksi antara
manusia dan komputer. HCI ini kemudian berkembang sebagai disiplin ilmu
tersendiri (yang merupakan bidang ilmu interdisipliner) yang membahas hubungan
tirnbal balik antara manusia-komputer beserta efek-efek yang terjadi
diantaranya.
Oleh Baecker dan Buxton [dalam
PRE94] HCI ini didefinisikan sebagai “set of processes, dialogues, and actions
through -which a human user employs and interacts with computer”. ACM-SGCHI
[dalam PRE94] lebih jauh menuliskan definisi tentang HCI sebagai berikut:
— human-computer interaction is a
discipline concerned with the design, evaluation and implementation of
interactive computing system for human use and with the study of major
phenomena surrounding them. “
Dengan demikian terlihat jelas bahwa
fokus perhatian HCI tidak hanya pada keindahan tampilannya saja atau hanya
tertuju pada tampilan antarmukanya saja, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek
pamakai, implementasi sistem rancangannya dan fenomena lingkungannya, dan
lainnya. Misalnya, rancangan sistem itu harus memperhatikan kenyamanan pemakai,
kemudahan dalam pemakaian, mudah untuk dipelajari dlsb.
Tujuan dari HCI adalah untuk
menghasilkan sistem yang bermanfaat (usable) dan aman (safe), artinya sistem
tersebut dapat berfungsi dengan baik. Sistem tersebut bisa untuk mengembangkan
dan meningkatkan keamanan (safety), utilitas (utility), ketergunaan
(usability), efektifitas (efectiveness) dan efisiensinya (eficiency). Sistem
yang dimaksud konteksnya tidak hanya pada perangkat keras dan perangkat lunak,
tetapi juga mencakup lingkungan secara keseluruhan, baik itu lingkungan
organisasi masyarakat kerja atau lingkungan keluarga. Sedangkan utilitas
mengacu kepada fungsionalitas sistem atau sistem tersebut dapat meningkatkan
efektifitas dan efesiensi kerjanya. Ketergunaan (usability) disini dimaksudkan bahwa
sstem yang dibuat tersebut mudah digunakan dan mudah dipelajari baik secara
individu ataupun kelompok.
Pendapat Preece, J. di atas
didasarkan pada pemikiran yang menyatakan bahwa kepentingan pemakai sistem
harus didahulukan, pemakai tidak bisa diubah secara radikal terhadap sistem
yang telah ada, sistem yang dirancang harus cocok dengan kebutuhan-kebutuhan
pemakai.
Selanjutnya, dalam berinteraksi
dengan komputer, para pemakai pertama kali akan berhadapan dengan perangkat
keras komputer. Untuk sampai pada isi yang ingin disampaikan oleh perangkat
lunak, pemakai dihadapkan terlebih dahulu dengan seperangkat alat seperti papan
ketik (keyboard), monitor, mouse, joystick, dan lain-lain. Pemakai harus dapat
mengoperasikan seperangkat alat tersebut. Selanjutnya, pemakai akan berhadapan
dengan macam-macam tampilan menu, macam-macam perintah yang terdiri dari kata
atau kata-kata yang harus diketikkannya, misalnya save, copy, delete, atau
macam-macam ikon. Peralatan, perintah, ikon dan lain-lain yang disebutkan di
atas dikenal dengan nama interface (antarmuka). Interface ini merupakan lapisan
pertama yang langsung bertatap muka dengan pemakai.